
Chromebook Nadiem Makarim yang Murah dan Mumpuni
Nama Chromebook Nadiem menjadi ramai dibicarakan, bukan hanya karena kontroversi yang mengiringinya, tetapi juga karena spesifikasi perangkat ini dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan. Untuk memahami duduk perkara, mari kita kupas detail spesifikasi Chromebook yang pernah menjadi andalan program digitalisasi sekolah di Indonesia.
Baca juga: iPhone 17 Resmi Bocor! Desain Futuristiknya Bikin Pengguna iPhone Lama Iri

Layar dan Desain
Chromebook yang dibagikan ke sekolah-sekolah hadir dengan layar berukuran 11,6 inci. Resolusinya standar, sekitar 1366 x 768 piksel, cukup untuk kebutuhan dasar belajar online dan mengetik, namun jelas terbatas untuk penggunaan multimedia atau aplikasi grafis. Dari sisi desain, laptop ini dibuat ringan dengan bobot di kisaran 1,2–1,3 kilogram, sehingga mudah dibawa pelajar.
Meski praktis, ukuran layar kecil sering dikeluhkan oleh siswa dan guru, apalagi ketika digunakan untuk membuka lebih dari satu jendela aplikasi atau menampilkan presentasi.
Prosesor dan Performa
Untuk dapur pacunya, Chromebook ini rata-rata menggunakan prosesor kelas Intel Celeron N4020 atau setara. Prosesor ini dirancang hemat daya dan cukup untuk aktivitas dasar seperti mengetik, browsing, serta video conference.
Namun, performanya terbatas. Ketika digunakan untuk membuka aplikasi berbasis web yang berat atau multitasking dengan lebih dari 5 tab Chrome, laptop sering terasa lambat. Hal ini yang membuat sebagian sekolah menilai perangkat kurang mendukung kegiatan ujian berbasis komputer yang memerlukan stabilitas tinggi.
Baca juga: Cuma Modal Santai, Trading Reksadana Bisa Jadi Mesin Cuan Kamu!
RAM dan Penyimpanan
Chromebook Nadiem umumnya dibekali RAM 4GB dan storage 32GB berbasis eMMC. Spesifikasi ini memang standar untuk Chromebook, karena sistem operasi Chrome OS berbasis cloud sehingga tidak memerlukan banyak ruang penyimpanan lokal.
Sayangnya, di sekolah-sekolah dengan akses internet terbatas, spesifikasi ini menjadi kelemahan. Karena aplikasi offline terbatas dan penyimpanan internal kecil, guru dan murid sulit menyimpan file atau dokumen berukuran besar.
Baterai dan Konektivitas
Dari sisi daya tahan, baterai Chromebook ini mampu bertahan hingga 10 jam pemakaian ringan. Artinya, siswa bisa mengikuti kelas seharian penuh tanpa harus sering mengisi daya. Ini adalah salah satu keunggulan yang diakui banyak pihak.
Untuk konektivitas, perangkat ini dilengkapi dengan Wi-Fi, Bluetooth, port USB-A, port USB-C, dan jack audio 3,5 mm. Tidak ada port LAN bawaan, sehingga sekolah di daerah dengan sinyal internet lemah kesulitan memaksimalkan fungsi laptop.
Sistem Operasi Chrome OS
Salah satu hal paling menonjol dari Chromebook adalah penggunaan Chrome OS. Sistem operasi ini sederhana, cepat, dan lebih aman dari serangan virus. Namun, hampir semua aplikasi berbasis cloud dan butuh koneksi internet stabil.
Beberapa aplikasi pendidikan populer di Indonesia tidak kompatibel sepenuhnya dengan Chrome OS, termasuk software ujian nasional berbasis offline. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah perangkat ini benar-benar cocok untuk kebutuhan sekolah di Indonesia?
Baca juga: Jangan Gegabah Upgrade! iPhone 16 Disebut Lebih Bagus dari iPhone 17, Benarkah?
Harga dan Skala Pengadaan
Harga rata-rata satu unit Chromebook berada di kisaran Rp4–5 juta per unit saat pengadaan. Dengan jumlah unit yang mencapai jutaan, total anggaran yang digelontorkan mencapai angka fantastis.
Banyak pihak menilai harga tersebut tidak sebanding dengan spesifikasi yang diberikan. Pasalnya, dengan nominal serupa, laptop berbasis Windows dengan RAM 8GB dan storage SSD 128GB sudah tersedia di pasaran dan lebih fleksibel untuk kebutuhan pendidikan.
Tanggapan Pengguna Lapangan
Sejumlah guru dan siswa yang menerima Chromebook mengakui kepraktisan perangkat ini untuk belajar daring, terutama untuk Google Classroom, Zoom, dan browsing materi. Akan tetapi, saat digunakan untuk ujian atau aplikasi lokal, kendala mulai muncul: laptop tidak kompatibel, penyimpanan cepat penuh, dan kinerja menurun drastis.
Bagi sekolah dengan internet stabil, Chromebook bisa dianggap cukup memadai. Namun, untuk daerah dengan keterbatasan infrastruktur, perangkat ini lebih sering menjadi pajangan.
Baca juga: Cuma Modal Santai, Trading Reksadana Bisa Jadi Mesin Cuan Kamu!

Chromebook Nadiem sebenarnya hadir dengan konsep yang mulia: menghadirkan laptop ringan, murah, dan mudah diakses untuk semua siswa. Namun, spesifikasi yang sederhana justru menimbulkan perdebatan: apakah benar perangkat ini mampu menjawab tantangan pendidikan di Indonesia yang beragam?
Dari layar kecil, prosesor kelas pemula, hingga ketergantungan tinggi pada internet, Chromebook menjadi simbol ironi: perangkat yang dirancang sederhana untuk belajar, tapi belum tentu sejalan dengan realitas sekolah di lapangan.