
data fabric
Kalau kita ngomong soal pengelolaan data di era digital, pasti nggak bisa lepas dari istilah data fabric. Istilah ini belakangan makin sering muncul karena perusahaan sekarang punya data yang sangat banyak, tersebar di berbagai sistem, bahkan ada yang tersimpan di cloud dan ada juga yang masih lokal. Jadi, muncul kebutuhan untuk punya cara yang bisa bikin semua data itu terhubung dengan lebih efisien. Nah, di sinilah peran data fabric jadi sangat penting.
Apa Itu Data Fabric
Secara sederhana, data fabric adalah sebuah arsitektur data yang dirancang untuk menghubungkan berbagai sumber data, baik yang ada di on-premise maupun di cloud. Dengan pendekatan ini, data bisa diakses secara lebih mudah tanpa harus dipindahkan ke satu tempat dulu. Jadi, bisa dibilang data fabric ini kayak “jaring” yang menghubungkan semua aset data perusahaan biar gampang diakses.
Kalau diibaratkan, data fabric itu seperti jalan tol untuk data. Semua kendaraan alias data bisa lewat tanpa macet karena ada sistem yang mengatur jalannya. Bedanya, ini bukan jalan fisik, melainkan infrastruktur digital yang bikin data lebih terorganisir.
Baca Juga: Mengenal Teknologi Streaming yang Mengubah Dunia Digital
Kenapa Data Fabric Jadi Penting
Kita tahu kalau perusahaan sekarang mengandalkan data untuk bikin keputusan. Masalahnya, data itu sering tercecer di banyak tempat. Ada yang tersimpan di server lama, ada di aplikasi modern, ada juga di cloud service. Nah, tanpa data fabric, proses ngumpulin data ini bisa ribet banget dan makan waktu.
Dengan adanya data fabric, perusahaan bisa mempercepat analisis data. Tim bisnis jadi lebih gampang dapat insight karena akses data jadi lebih cepat. Selain itu, data juga bisa lebih aman karena ada kontrol yang terpusat.
Baca Juga: Mengenal API Gateway dalam Dunia Teknologi Modern
Perbedaan Data Fabric dengan Data Lake dan Data Warehouse
Banyak orang sering bingung bedain data fabric dengan konsep lain seperti data lake atau data warehouse. Padahal, fungsinya agak beda. Data lake biasanya dipakai untuk menampung data mentah dalam jumlah besar. Sedangkan data warehouse dipakai untuk menyimpan data yang sudah terstruktur supaya bisa dipakai analisis.
Nah, data fabric lebih ke arah “penghubung” yang mengintegrasikan semua sumber data, entah itu dari lake, warehouse, maupun aplikasi. Jadi, bukan cuma soal penyimpanan, tapi lebih ke aksesibilitas dan konektivitas.
Baca Juga: Teknologi Facial Recognition dalam Kehidupan Modern
Komponen Utama dalam Data Fabric
Kalau ngomongin soal arsitektur, data fabric punya beberapa komponen penting. Pertama ada integrasi data, yaitu kemampuan untuk menghubungkan data dari berbagai sumber. Lalu ada manajemen metadata, yang bikin data lebih mudah dipahami konteksnya. Selain itu ada juga keamanan dan governance, biar data tetap aman dan sesuai aturan.
Yang nggak kalah penting adalah kemampuan otomatisasi. Data fabric biasanya memanfaatkan AI dan machine learning untuk bikin pengelolaan data lebih efisien. Jadi, nggak semua harus dilakukan manual.
Baca Juga: Mengenal Hyperconverged Infrastructure di Era Modern
Manfaat Utama Data Fabric
Ada banyak keuntungan yang bisa dirasakan perusahaan ketika menerapkan data fabric. Pertama jelas soal efisiensi waktu. Proses mencari dan mengakses data jadi jauh lebih cepat. Kedua, kualitas data lebih terjaga karena ada sistem manajemen yang baik. Ketiga, keamanan data lebih kuat karena ada pengaturan akses yang jelas.
Selain itu, data fabric juga bikin perusahaan lebih fleksibel. Mau integrasi dengan aplikasi baru atau pindah sistem penyimpanan, semuanya bisa lebih gampang dilakukan. Intinya, ini bikin perusahaan lebih siap menghadapi tantangan digital.
Data Fabric dan AI
Salah satu hal menarik adalah bagaimana data fabric berkaitan dengan teknologi AI. Karena AI butuh data dalam jumlah besar untuk belajar, sistem data fabric bisa jadi solusi yang pas. Dengan akses data yang cepat dan konsisten, AI bisa lebih efektif dalam menghasilkan analisis atau rekomendasi.
Selain itu, AI juga dipakai untuk meningkatkan kemampuan data fabric itu sendiri. Misalnya, untuk otomatisasi integrasi data atau untuk mendeteksi anomali yang bisa jadi tanda adanya masalah.
Tantangan dalam Implementasi Data Fabric
Walaupun banyak manfaatnya, bukan berarti implementasi data fabric itu gampang. Tantangan pertama biasanya soal biaya. Karena ini melibatkan arsitektur yang kompleks, tentu butuh investasi yang lumayan. Kedua soal integrasi dengan sistem lama. Banyak perusahaan masih punya sistem legacy yang sulit dihubungkan.
Selain itu, adopsi data fabric juga butuh skill khusus. Tim IT harus paham cara mengelola arsitektur yang canggih ini. Jadi, perusahaan biasanya perlu investasi juga di pelatihan atau rekrutmen tenaga ahli.
Contoh Penggunaan Data Fabric di Dunia Nyata
Kalau mau lihat contoh nyata, banyak perusahaan besar yang udah pakai data fabric. Misalnya di bidang perbankan, di mana data nasabah tersebar di berbagai sistem. Dengan adanya data fabric, bank bisa menghubungkan data itu jadi satu sehingga pelayanan ke nasabah lebih cepat.
Di bidang kesehatan juga sama. Rumah sakit punya data pasien, data medis, dan data administrasi yang tersebar. Dengan data fabric, semuanya bisa terhubung sehingga tenaga medis bisa lebih mudah akses informasi pasien.
Masa Depan Data Fabric
Melihat tren digitalisasi yang makin pesat, bisa dibilang data fabric akan jadi salah satu pondasi penting di masa depan. Perusahaan bakal butuh arsitektur ini untuk menghadapi tantangan data yang makin kompleks. Apalagi dengan munculnya IoT dan AI, volume data bakal makin besar, dan data fabric bisa jadi solusi utama untuk mengelolanya